Translate

Kamis, 18 Februari 2016

Kebun Cinta (ガーデンラブ)

Kebun Cinta

                Aku belajar menanam ketika aku masih berumur empat tahun. Aku belajar dari ibuku. Ilmu terakhir yang aku dapat dari beliau adalah menanam dengan cinta. Hingga sekarang, di saat aku berumur 22 tahun, aku bekerja sebagai perawat. Namun, aku masih menjalankan perkebunan bungaku. Beberapa jenis bunga umum ada dalam kebunku.
                Suatu hari, seorang klien memesan 118 bunga mawar merah muda. Dia memesan untuk seseorang yang sangat penting baginya. Tetapi, aku masih belum menemui klien tersebut karena sibuk di rumah sakit. Aku menyuruh beberapa staffku untuk menemuinya.
                Hari ini aku dan klien tersebut berjanji di kebun untuk mendiskusikan harga bunga mawar itu. Aku dan dia sepakat untuk bertemu pada pukul 17.30.
                17.32. aku telat beberapa menit dari yang aku janjikan. Aku berjalan keluar dan menuju ke kebun bunga. Di depan sudah terlihat mobil silver keluaran terbaru. Perlahan aku melihat sosoknya menghampiriku.
                “Kita bertemu lagi ya, Hikari,” katanya.
                “Kamu... tahu namaku?!” ucapku.
                “Apa kamu lupa? Kita dulu dekat sekali sewaktu SMP” ujarnya. Aku mengamati wajahnya dengan detail.
                “Aku Kou.”
                Dia teman sekelasku. Dulu aku mencintainya. Namun, dia pindah secara tiba-tiba saat semester dua. Saat itu aku belum menyatakan perasaanku padanya.
                “Kemana saja kamu?!” tanyaku.
                “Orang tuaku bercerai sewaktu kita masih SMP. Aku tinggal bersama ibuku. Kami pindah ke Osaka,” jelas Kou.
                “Permisi, bunga mawarnya sudah siap untuk dikirim,” salah seorang staffku menunjuk ke mobil bak yang penuh dengan mawar merah muda. Kemudian staff itu pergi.
                “Jadi, aku terlambat, ya?” gumamku.
                “Terlambat... untuk apa?” tanya Kou.
                “Dulu aku mempunyai perasaan istimewa padamu. Bahkan, hingga sekarang. Namun, apa daya, bunga mawar itu hanya kamu berikan untuk orang lain,” kataku.
                “118 angka kesukaanmu, bukan?!”
                “Iya. Lalu apa hubungannya?” tanyaku.
                “Dulu aku juga menyukaimu. Bahkan, juga hingga sekarang. Mawar itu, semuanya untukmu. Tolong mulai lagi dari awal, ya,” pintanya.
                Mentari senja, bunga-bunga di kebun ini, dan juga angin malam menjadi penyambutan atas kedatangannya kembali dalam hidupku. Menjadi orang yang sama istimewanya seperti dulu lagi.

                Aku akan menanam benih cinta bersamanya. Merawat dan menumbuhkannya dengan cinta juga. Bahkan, jika benih itu mati, aku akan menanamkan benih cinta yang lain. Merawat dan menumbuhkannya lagi hingga menjadi cinta yang sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semua orang bisa berkomentar