Kebun Cinta
Aku belajar
menanam ketika aku masih berumur empat tahun. Aku belajar dari ibuku. Ilmu terakhir
yang aku dapat dari beliau adalah menanam dengan cinta. Hingga sekarang, di
saat aku berumur 22 tahun, aku bekerja sebagai perawat. Namun, aku masih menjalankan
perkebunan bungaku. Beberapa jenis bunga umum ada dalam kebunku.
Suatu hari,
seorang klien memesan 118 bunga mawar merah muda. Dia memesan untuk seseorang
yang sangat penting baginya. Tetapi, aku masih belum menemui klien tersebut
karena sibuk di rumah sakit. Aku menyuruh beberapa staffku untuk menemuinya.
Hari ini
aku dan klien tersebut berjanji di kebun untuk mendiskusikan harga bunga mawar
itu. Aku dan dia sepakat untuk bertemu pada pukul 17.30.
17.32.
aku telat beberapa menit dari yang aku janjikan. Aku berjalan keluar dan menuju
ke kebun bunga. Di depan sudah terlihat mobil silver keluaran terbaru. Perlahan
aku melihat sosoknya menghampiriku.
“Kita
bertemu lagi ya, Hikari,” katanya.
“Kamu...
tahu namaku?!” ucapku.
“Apa
kamu lupa? Kita dulu dekat sekali sewaktu SMP” ujarnya. Aku mengamati wajahnya
dengan detail.
“Aku
Kou.”
Dia teman
sekelasku. Dulu aku mencintainya. Namun, dia pindah secara tiba-tiba saat
semester dua. Saat itu aku belum menyatakan perasaanku padanya.
“Kemana
saja kamu?!” tanyaku.
“Orang
tuaku bercerai sewaktu kita masih SMP. Aku tinggal bersama ibuku. Kami pindah
ke Osaka,” jelas Kou.
“Permisi,
bunga mawarnya sudah siap untuk dikirim,” salah seorang staffku menunjuk ke
mobil bak yang penuh dengan mawar merah muda. Kemudian staff itu pergi.
“Jadi,
aku terlambat, ya?” gumamku.
“Terlambat...
untuk apa?” tanya Kou.
“Dulu
aku mempunyai perasaan istimewa padamu. Bahkan, hingga sekarang. Namun, apa
daya, bunga mawar itu hanya kamu berikan untuk orang lain,” kataku.
“118
angka kesukaanmu, bukan?!”
“Iya. Lalu
apa hubungannya?” tanyaku.
“Dulu
aku juga menyukaimu. Bahkan, juga hingga sekarang. Mawar itu, semuanya untukmu.
Tolong mulai lagi dari awal, ya,” pintanya.
Mentari
senja, bunga-bunga di kebun ini, dan juga angin malam menjadi penyambutan atas
kedatangannya kembali dalam hidupku. Menjadi orang yang sama istimewanya
seperti dulu lagi.
Aku akan
menanam benih cinta bersamanya. Merawat dan menumbuhkannya dengan cinta juga. Bahkan,
jika benih itu mati, aku akan menanamkan benih cinta yang lain. Merawat dan
menumbuhkannya lagi hingga menjadi cinta yang sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semua orang bisa berkomentar